DI BALIK KETIDAKSEMPURNAAN
Disebuah desa,
ada seorang lelaki yang berbadan kecil, tubuhnya lucu, badannya bulat, dan
pinggangnya besar dia bernama Tanto. Tanto memiliki sahabat baik yang bernama
Woso, mereka sudah berteman selama bertahun-tahun dan mereka sangat dekat
bagaikan adik dan kakak yang saling menyayangi satu sama lainnya.
Pada suatu hari
Tanto menemui Woso yang sedang duduk sendirian di sudut rumahnya.
Tanto : “Hai Woso.” (berjalan
mendekati Woso)
Woso : “Hai juga Tanto,
kenapa kamu kesini?” (sambil melamun)
Tanto : “Yah, kamu ini
malah tanya begitu. Harusnya aku yang tanya sama kamu, kenapa? Kenapa kamu kok
duduk sambil melamun begini ?”
Woso : “Ehm, gimana ya.
Ceritanya panjang To.” (mengerutkan dahinya)
Tanto : “halah kenapa
gitu, kita kan sahabat kenapa kamu ga cerita aja sama aku So. Ayo ceritakan
padaku.”
Woso : “begini To, aku
masih kepikiran omongan Mbok Waru, sebentar lagi kita bakal kedatangan tamu
keluarga Ki.”
Tanto : “Wah asik,
ngomong-ngomong siapa saja yang bakal datang So?” (dengan wajah penasaran)
Woso : “Lah aku aja ga
tau siapa yang bakal datang. Ya udah, sekarang kita pergi ke jalan saja
menunggu tamu kita” (menggeret tangan Tanto sambil berjalan)
Setelah Tanto
dan Woso berjalan, tidak lama tampak seorang ibu dengan ketiga anaknya, serta
seorang pria. Ibu itu sangat cantik jelita, dan anaknya juga tidak kalah dengan
kecantikan ibunya. Ketiga anaknya memang mewarisi sifat kecantikan ibunya.
Setelah sampai dijalan, mereka melambaikan tangan ke Tanto dan Woso.
Woso : (menepuk pundak
Tanto) “Eh To, lihat ke arah sana! Mereka sudah datang.”
Tanto : (terkagum-kagum
dan heran) “Wow, semuanya cantik-cantik So, ayo kita hampiri mereka.” (Tanto
dan Woso berjalan dengan penuh semangat).
Kinanthi : (terheran-heran)
“kalian siapa ? kok melihat kami seperti itu?”
Ibu Kintana : “kinanthi, mereka
itu yang akan mengantar kita ke rumah baru kita.”
Tanto : (langsung
mengulurkan tangan menyalimi mereka bertiga) Selamat datang Ibu Kintana.
Perkenalkan nama saya Tanto.”
Woso : “Nama saya Woso
Bu, Tanto itu sahabat saya bu. Mereka bertiga itu anak ibu?”
Ibu Kintana : (dengan tersenyum)
“iya mereka bertiga itu anak saya semua. Oh iya yang laki-laki itu nama nya
Adit ia itu pengawal saya. Ayo nak kalian berkenalan dulu dengan Tanto dan Woso
ya.”
Kinasih : “Perkenalkan
namaku Kinasih, aku anak bungsu dari 3 bersaudara” (mendadak saling tatap
menatap dengan Tanto).
Kirana : “Namaku Kirana
aku anak kedua .” (dengan wajah jutek).
Kinanthi : “Panggil saja aku
dengan Kinanthi, aku anak pertama dari 3 bersaudara. (dengan kelakuan yang
centil).
Tanto : “Baiklah bu,
mari saya antar ke rumah baru ibu.”
Ibu Kintana : “baiklah, ayo”
Setelah Tanto
dan Woso berkenalan dengan Ibu Kintana dan ketiga anaknya, mereka semua
langsung menuju rumah baru Kintana yang tidak jauh dari jalan raya. Sepanjang
jalan Tanto selalu memikirkan Kinasih dan Kinasih. Setelah beberapa menit
berjalan akhirnya mereka sampai.
Ibu Kintana : “Terima kasih ya
Woso, Tanto kalian sudah mengantar Ibu dan anak Ibu ke rumah. Kalian boleh main
kesini setiap saat kalian mau, jangan sungkan-sungkan ya kalau mau main.”
Adit : “Iya kalian main
saja, nanti kita ngobrol-ngobrol biar saling kenal.”
Woso : “Baiklah bu,
kapan-kapan kita main kesini deh Bu.” (dengan wajah ceria)
Tanto : “Sekarang kita
berdua pamit pulang dulu ya bu, Assamualaikum.”
Setelah keluar
dari rumah baru Ibu Kintana, tiba tiba Woso bertanya kepada Tanto tentang suatu
hal yang dianggapnya aneh.
Woso : (meledek Tanto)
“hayo kenapa kamu kok tadi senyum-senyum sendiri sih?”
Tanto : (dengan malu-malu)
“ih apaan sih, emangnya ga boleh kalo senyum-senyum sendiri?”
Woso : “habis kamu sih
aneh, kelakuanmu seperti orang gila tau. Emangnya kamu kenapa sih? Apa
jangan-jangan kamu naksir sama salah satu anak Ibu Kintana ya..”
Tanto : “Kalau iya
memangnya kenapa? Aku emang naksir sama Kinasih, dia itu cantik dan kayaknya
dia orangnya baik deh.”
Woso : “Cie... ketahuan
deh. Umur kamu kan sudah 25 tahun, ya udah cukup buat menikah. Kayaknya umurnya
Kinasih sekitar 21 tahun deh, itu udah cukup juga buat menikah.”
Tanto : “Ya udah, aku
kok takut kehilangan Kinasih ya. Lebih baik minggu depan dia aku lamar.”
(dengan perasaan tegas dan yakin).
Woso : “hmmm... terserah
kamu aja deh, itu kan hak kamu. Aku bakal mendukung keputusan kamu kok.”
(dengan menaikkan alis dan tersenyum sumringah).
Setelah
berbincang-bincang, akhirnya Tanto dan Woso pulang kerumah, dan beristirahat.
Diwaktu yang bersamaan, Kinasih, Kinanthi, Kirana juga membicarakan Woso.
Tetapi Ibu Kintana tidak perbincangan ketiga anaknya karena Ibu Kintana sedang
sibuk membereskan barang-barangnya.
Kirana : (tertawa-tawa
dengan terbahak-bahak) “eh kamu masih inget ga sama Tanto yang badannya lucu ?”
Kinanthi : “ya aku masih
inget lah dek, masak iya aku lupa sama si buruk rupa itu hahahahaha...” (juga
ikut tertawa-tawa).
Kinasih : “Loh kak, kamu
jangan kaya gitu dong sama Tanto. Emang Tanto punya salah apa sama kamu kak?”
(membela Tanto)
Kinanthi : (dengan berjalan
centil) “hahahhaa... kamu ini lucu ya, kamu kok malah ngebelain si buruk rupa
itu sih, kamu itu anehhh dek....”
Kirana : (dengan memegang
pinggang) “is is is... dek dek, apa jangan-jangan kamu suka lagi sama si buruk
rupa itu.” (dengan mengejek).
Kinasih : “aku tidak tau
aku suka apa engga sama dia, tapi aku menghormati dia kak. Setiap orang itu pasti
punya kekurangan kak, tidak ada yang sempurna.”
Kinanthi : “ih kalo gini ma
beneran deh, kamu suka sama dia. Tapi terserah lah, jangan sampe kamu menyesal
nanti.” (mengacungkan tangan ke Kinasih).
Tiba-tiba Ibu
Kintana mendengar percakapan mereka bertiga, dan Ibu Kintana langsung bertanya
kepada mereka bertiga.
Ibu Kintana : “ada apa ini, kok
berisik banget ?” (dengan wajah penasaran).
Kinasih : “tidak ada
apa-apa Bu.”
Kinanthi : “Jangan bohong dek
kamu itu, sebenarnya kami membicarakan tentang Tanto Bu.”
Ibu Kintana : (heran) “loh
emangnya ada apa sama Tanto, ada masalah apa sih?”
Kirana : “Itu Bu, masak
Kinasih suka Tanto si buruk rupa itu. Apa Ibu tidak heran.”
Ibu Kintana : “Ibu tidak masalah
dengan fisik Tanto, memang ibu akui fisik Tanto tidak sesempurna pria pada umumnya.
Tapi itu tidak Ibu pikirkan.”
Kinasih : “benar kan Kak,
pendapat ibu sama kaya aku.” (dengan wajah kesal).
Kinanthi : “ya sudah,
terserah kamu saja lah dek, Ibu juga nih ikut-ikutan membela Tanto. Hm baiklah
terserah.” (pergi meninggalkan Ibu, Kinasih, dan Kirana).
Kemudian Ibu
Kintana mengajak Kinasih membicarakan tentang Tanto, secara empat mata tanpa
sepengetahuan Kinanthi dan Kirana. Mereka membicarakan itu di teras rumah nya.
Tetapi yang mengawali pembicaraan itu malah Kinasih bukan Ibu Kintana.
Kinasih : (dengan wajah
cemas) “Bu, aku mau tanya pendapat Ibu tentang Tanto.”
Ibu Kintana : (dengan tersenyum)
“baiklah, tanyakan saja.”
Kinasih : “menurut Ibu,
Tanto itu pria yang berhati tulus tidak?”.
Ibu Kintana : “menurut Ibu ya Tanto
itu pria baik-baik, dilihat dari perilakunya ya bisa dibilang berhati tulus.
Memangnya ada apa sih kamu kok tanyanya kaya gitu hayo?” (dengan
tersenyum-senyum melirik Kinasih).
Kinasih : “ Ya sebenarnya
tidak ada apa-apa Bu. Baiklah Bu, terima kasih atas pendapat Ibu. Aku mau
membereskan barang-barangku dulu ya bu.” (masuk ke rumah).
Setelah selesai
berbincang-bincang mereka berdua masuk ke rumah dan kembali membereskan
barang-barang bawaan mereka. Disela itu, Kinanthi dan Kirana juga masih saja
membahas tentang Tanto.
Kirana : “Kak, aku masih
ga habis pikir deh sama omongannya Kinasih deh, kok bisa-bisa dia bilang kaya
gitu ya?.” (alisnya mengkerut dan wajahnya cemberut kesal.
Kinasih : “Iya aku juga
heran deh sama si Kinasih, apa coba bagusnya si Tanto buruk rupa itu. Perasaan
wajah aja ga tampan, badannya juga pendek loh.” (mengacakkan pinggang).
Kirana : “ya sudahlah lah
kak, terserah Kinasih aja deh.”
Setelah
Seminggu Kemudian, benar saja Tanto ingin melamar Kinasih. Tanto datang ke
rumah Ibu Kintana dengan pakaian rapi dan pantas, juga ditemani sahabatnya
Woso. Sepanjang perjalanan, Woso berdoa supaya lamaran Tanto diterima Ibu
Kintana dan Kinasih. Seketika sampai dirumah Ibu Kintana, mereka berdua bertemu
dengan Adit pengawal Ibu Kintana.
Adit : (wajah kaget)
“Loh Tanto, Woso kenapa kalian kesini? Tanto, kamu kok pake bajunya rapi sekali
ada apa ini?.”
Woso : “Kami berdua
ingin menemui Ibu Kintana dan ketiga anaknya Dit.”
Adit : “Baiklah, kalian
masuk dulu, aku panggilkan Ibu Kintana ya.”
Kemudian, Adit
berjalan menemui Ibu Kintana.
Adit : “Ibu, Tanto dan
Woso ingin menemui Ibu, mereka sudah saya suruh menunggu Ibu.”
Ibu Kintana : “Baiklah Dit, tolong
panggilkan anak-anakku supaya menemui tamu kita ya.”
Adit : “Nona, Ibu
memanggil kalian semua, lagipula ada Tanto dan Woso ingin menemui kalian semua,
cepat kalian semua keluar dari kamar dan bersiaplah.”
Mendengar
ucapan Adit mereka bertiga langsung keluar menemui Tanto dan Woso dan duduk
disebelah Ibu Kintana. Mereka semua heran dengan Tanto karena berpakaian dengan
rapi.
Ibu Kintana : “sudah seminggu
tidak bertemu ya Tanto Woso, ada apa kalian kesini?”
Woso : “sebenarnya kita
kesini ada maksud tertentu Bu. Maksud itu akan dijelaskan Tanto sendiri Bu.”
Tanto : “Baiklah, saya
akan menjelaskannya. Tetapi tolong dengarkan niat saya yang baik ini.
Sebenarnya saya datang menemui kalian semua untuk melamar Putri Bungsu Ibu.”
Adit : (kaget) “hah,
cie cie mas Tanto melamar Kinasih.”
Kinasih : “apa benar itu
Tanto, ucapanmu tidak salah?” (dengan wajah berseri-seri)
Kinanthi : (spontan
berteriak) “hah, apa? Ga salah nih? Masak kamu melamar adikku yang cantik ini?”
Kirana : “iya benar kak,
apa kamu ga mimpi To ngomong kaya gitu?” (dengan muka heran)
Ibu Kintana : “ternyata benar, Ibu
sudah merasa kalau kamu memang menyukai salah satu anak Ibu. Kalau Ibu, setuju
saja asalkan niatmu ini baik. Tapi, akhir keputusannya ada ditangan Kinasih.”
Tanto : “Kinasih, apakah
kamu mau menerima lamaranku dan menikah denganku?”. (dengan memegang tangan
Kinasih).
Kinasih : “ Iya Tanto, aku
menerima lamaranmu dan bersedia menikah denganmu.”
Ibu Kintana : “Baiklah kalau
begitu, Ibu tetapkan kalau kalian akan menikah 2 minggu lagi ya, Ibu akan
mempersiapkan dengan baik pernikahanmu dengan Kinasih, Ibu merestui kalian
berdua.”
Kinanthi : “hah apa ini, ah
sudahlah terserah Ibu saja, walaupun aku berpendapat paling kalian semua tidak
mau mendengarkan.” (pergi meninggalkan Ibu dan Kinasih dengan Kirana).
Setelah selesai
melamar Kinasih, Tanto dan Woso pulang lagi ke rumah, dan mulai mengurus semua
urusan pernikahan nya. Ketika Tanto dan Woso sudah pulang, Kinasih Kinanthi
Kirana dan Ibu Kintana mulai berdikusi membicarakan pernikahan Kinasih.
Kirana : (dengan marah dan
kesal) “Dek! Kamu itu ya buat aku kesal tau ga sih, mau-maunya kamu itu nikah
sama si buruk rupa itu! Ihhh jijik kali ya.”
Kinanthi : “iya bener dek!
Kamu apa ga bisa lihat sih kamu sadar apa enggak sebenernya!” (mendorong
Kinasih).
Kinasih : (hampir terjatuh)
“Kak, kamu apa-apaan sih, kok malah marah sama aku. Kan yang mau nikah sama dia
kan aku bukan kalian.”
Ibu Kintana : “hei! Kinanthi
Kirana kamu jangan kasar sama adek kamu ! Sekali lagi kamu kasar sama Kinasih
lebih baik kamu pergi saja dari rumah!”
Kinanthi : (dengan mata
terbelalak) “ hah ! apa ? Ibu mau usir kita ? Kita ini anak Ibu ! Kenapa Ibu
mau usir kita, kita kan hanya ngomong apa yang kita lihat!”
Kirana : “Iya benar kak,
Ibu ini! Malah pengen usir kita! apa-apaan sih Buk! Sebenarnya kita ini siapa
bu! Anak Ibu apa bukan !”.
Adit : “ada apa ini?
Kalian kok bertengkar? Sudahlah kalian jangan bertengkar, malu didengar
tetangga.”
Kinanthi : “apa sih kamu!
Kamu ini Cuma pengawal! Jadi ga usah ikut campur! Pergi sana!
Lalu Adit
keluar dari rumah, karena diminta Kinanthi pergi.
Kinasih : “Ya ampun kak,
aku ini adek kandung kamu sendiri kak. Kok kamu tega kaya gini sama aku kak,
ngata-ngatain aku kaya gini”. (menangis tersedu-sedu).
Kirana : “Lebay banget sih
kamu! Kaya gitu aja nangis! Dasar cengeng! Kita itu ga terima kalau adek kita
dapat calon suami kaya dia !”.
Kinanthi : “Kita itu sayang
sama kamu dek! Mana mungkin kita marah tanpa alasan ke kamu! Sudah berulang
kali aku bilang ke kamu kalau dia buruk rupa tapi kamu tetep aja mau nikah sama
dia ! aku kecewa dan malu punya adek kaya kamu!”.
Ibu Kintana : “Kinanthi, Kinasih
lebih baik sekarang kamu masuk ke dalam kamar! Daripada kalian berbuat yang
tidak tidak! Pernikahan Kinasih dan Tanto akan tetap terjadi kalian mengerti!.”
(memeluk Kinasih).
Kirana dan Kinanthi : “Oke, sekarang
aku ga mau ikut campur masalah itu lagi!”.
Kirana dan
Kinanthi lalu masuk ke kamar, dan dikamar ia masih saja bergerundel
membicarakan kejelekan Tanto. Mereka tidak ada bosannya setiap hari memikirkan
Tanto. Di samping itu, Ibu Kintana masih menenangkan Kinasih supaya berhenti
menangis. Setelah Kinasih berhenti menangis, ia tertidur dengan nyenyak.
Sementara itu Ibu mulai belanja keperluan pernikahan putrinya. Setelah Seminggu
mereka bertengkar, akhirnya mereka semua pun akur kembali, dan akhirnya
Kinanthi dan Kirana pun meminta maaf kepada Ibu dan Kinasih atas perbuatanya
seminggu yang lalu.
Hari pun
berjalan dengan cepat, akhirnya tibalah waktu pernikahan Kinasih dan Tanto.
Setelah persiapan sudah selesai dan Tanto pun sudah bersiap untuk menikah.
Tetapi disisi lain, Tanto pun menghilang. Yang ada hanya seorang laki-laki
tampan layaknya seorang pangeran. Lelaki Itu ternyata
Ibu Kintana : “hey siapa kau?”.
Pangeran Raka: “aku pangeran Raka bu, aku Tanto. Ini aku sebenarnya dikutuk
oleh kedua orangtua ku karena aku dulu suka membangkang. Orang tua ku adalah
seorang konglomerat.”
Ketiga anak : “hah?” (semua wajah
mereka sangat heran dan sampai-sampai mulut mereka tidak bisa rapat).
Adit : “jadi kau ini
Tanto? WOW”
Kinasih : “aku sungguh
menyesal dek, telah menghina calon suami mu. Aku tidak mengira bakal seperti
ini dia berubah menjadi tampan.” (wajah menyesal)
Kirana : “aku juga
menyesal dek, maafkan aku dan Kak Kinasih yang sudah membuatmu sakit hati
karena ucapanku. Maafkan aku dek , maafkan aku juga Tanto.”
Pangeran Raka: “kalian jangan minta maaf padaku, aku malah tidak enak.
Kalian kan akan menjadi kakak iparku. Ayo sekarang kita menuju ke pelaminan”.
Kinasih : “Aku tidak
menyangka kau ternyata bisa berubah menjadi pangeran tampan.” (wajah tersipu
malu).
Pangeran Raka: “ hehehhe... kamu masih heran denganku ya. Apa kamu sudah
siap menikah denganku sekarang?”
Kinasih : “iya pangeran aku
siap.”
Ibu Kintana : “baiklah, sekarang kalian
mulai acara ijab qabul nya ya. Ibu tidak menyangka kalau kau adalah Pangeran
Raka, tetapi ibu sangat bersyukur karena Ibu tidak salah merestui hubungan
kalian berdua. Ibu doakan semoga pernikahan kalian kekal sampai maut menjemput
kalian berdua Kinasih Pangeran Raka.
Setelah selesai
acara ijab qabul, Kinasih dan Pangeran Raka akhirnya resmi menikah. Mereka semua
berpesta dengan ria. Semua memberi ucapan kepada Pangeran dan Kinasih. Tak lupa
Ibu Kintana adalah orang yang paling bahagia dengan pernikahan ini.
Inilah saatnya,
inilah hari yang telah ditunggu-tunggu, yaitu hari pernikahan putri Ibu
Kintana, Kinasih dengan Pangeran Raka atau Tanto. Semua merayakan dengan menari
dan menyanyi gembira.